Gunung Luhur: Negeri di atas awan

Lebak merupakan salah satu kabupaten yang ada di Provinsi Banten. Secara geografis Lebak memiliki kontur dataran tinggi dan dataran rendah. Dari pegunungan hingga ke daerah tepi pantai. Wilayah pegunungan di Lebak masuk ke dalam wilayah Taman Nasional gunung halimun salak. Keuntungan dari letak geografis ini membuat Lebak memiliki berbagai macam potensi salah satunya adalah potensi wisata alam. Salah satu wisata alam yang terkenal di Lebak adalah gunung luhur. Tempat ini berlokasi di desa citore kidul Kecamatan Cibeber kabupaten Lebak.


Gunung Luhur merupakan wisata alam yang menawarkan pemandangan negeri di atas awan. Tempat ini pertama kali dibuka pada tahun 2019 dan terus berkembang hingga sekarang. Tempat ini mulai populer saat dibangunnya jalan tembus menuju ke cikotok. Kepopulerannya semakin meningkat setelah gubernur Banten pada masa itu berkunjung ke sana. Semakin banyak pengunjung yang datang dari Lebak maupun dari luar kota. Saya pertama kali ke sana pada 17 Agustus 2019 saat awal dibukanya tempat wisata ini. Pada saat itu pengunjungnya sudah lumayan banyak bahkan tempat mendirikan tendanya pun penuh. Setelah kunjungan gubernur bahkan sampai menimbulkan kemacetan apalagi jalan menuju ke sana saat itu masih dalam proses pembangunan. Saya berkunjung ke sana lagi pada 1 Agustus 2020.


Pertama kali berkunjung ke sana saya mengendarai motor bersama rekan-rekan dari kantor. Pada kunjungan yang kedua saya menggunakan sepeda bersama Pak Eko. Sayangnya untuk menuju ke tempat itu belum tersedia transportasi umum sehingga kita harus menggunakan transportasi pribadi. Jalur yang bisa dilalui untuk ke sana ada beberapa alternatif. Alternatif pertama atau jalan utamanya adalah melalui Cipanas dan Lebak gedong. Bagian dari daerah selatan bisa lewati warung Banten tetapi kondisi jalannya masih jalan berbatu. Sementara alternatif lain adalah melalui Kecamatan Muncang kemudian akan tembus di Lebak gedong. 

Pada awal 2020 jalan utama menuju Lebak gedong terputus karena salah satu jembatan yang ada di daerah muhara hanyut terbawa banjir. Ini terjadi karena intensitas hujan yang tinggi pada akhir tahun 2019 hingga awal tahun 2020. Akibatnya terjadi banjir dan tanah longsor di daerah Lebak gedong yang menyebabkan salah satu jembatan hanyut. Kondisi ini menyebabkan jalan utama tidak bisa dilalui kendaraan roda empat atau lebih. Bagi kendaraan roda dua saat itu tersedia jembatan gantung darurat yang bisa digunakan untuk menyeberangi sungai. Saat bersepeda ke sana saya melewati jalan utama dan menyeberang menggunakan jembatan darurat. 


Jarak yang harus ditempuh dari kota Rangkasbitung menuju wisata gunung luhur adalah sekitar 75 km. Dari Rangkasbitung kita akan melalui jalan nasional yang menuju ke arah Bogor. Jalan ini tergolong bagus dengan jalan datar dan beberapa tanjakan serta turunan. Sebelum sampai ke perbatasan Bogor kita akan bertemu pertigaan menuju daerah Lebak gedong di Kecamatan Cipanas. Di pertigaan ini kita mengambil jalur kanan menuju ke arah Lebak gedong dengan kondisi jalan yang agak rusak dikarenakan beberapa tempat amblas saat terjadi banjir. Memasuki wilayah lebah gedong jalanan akan didominasi dengan tanjakan dan turunan. Itu masih ada sisa-sisa banjir dan tanah longsor yang bisa saya lihat. Jalanan yang amblas hingga tumpukan tanah yang masih menutup sebagian jalan. 



Kami berangkat dari Rangkasbitung sekitar pukul 08.00 pagi. Sesampainya di daerah muara dan menyeberang jembatan gantung sudah menunjukkan waktu Dzuhur. Kondisi jalan setelah jembatan ini didominasi jalan beton dengan kontur yang menanjak dan menurun. Cuaca yang semakin panas dan tanpa ada rerimbunan di pinggir jalan membuat tenaga kami banyak terkuras. Intensitas istirahat kami perbanyak untuk membeli minum sehingga tidak mengalami dehidrasi. Mendekati wilayah cibeber jalanan didominasi dengan tanjakan hingga sampai di gapura kasepuhan citorek. Jarak dari gapura menuju ke kampung citorek masih lumayan jauh. Kami akhirnya sampai di daerah kampung sekitar pukul 05.00 sore.



Sesampainya di citorek kami menunggu rekan-rekan yang menyusul menggunakan sepeda motor. Telah sampai Pak Eko dan mereka kondangan terlebih dahulu ke salah satu teman yang menikah saat itu. Setelah maghrib saya dan Pak Eko melanjutkan perjalanan bersepeda menuju ke tempat camping. Jalan dari kampung menuju lokasi camping adalah tanjakan dengan jalan beton. Yang melewati kampung jalanan mulai sepi dan gelap hanya beberapa motor yang menuju ke tempat camping yang lewat. Tanjakan yang harus kami lewati tidak terlalu panjang tetapi curam. Di tanjakan terakhir merupakan tanjakan paling curam. Kondisi badan yang sudah mulai lelah dan sudah malam membuat perjalanan terasa berat dan lama. Bahkan roda depan sepeda sampai terangkat karena tanjakan yang terlalu curam. Akhirnya kami sampai di tempat camping sekitar pukul 08.00 malam. Kami kemudian menuju ke tenda dan beristirahat hingga esok hari.


Keesokan hari kami bangun dan menikmati hamparan awan di pagi hari. Saat itu matahari tidak terlalu terlihat karena tertutup awan. Kita bisa menikmati hamparan awan ini dari pinggir jalan tanpa harus mendaki. Sekitar pukul 08.00 pagi kami memutuskan untuk pulang. Turunan yang kami lewati berbeda dengan yang kami tanjak semalam. Kami melewati jalur lama yang masih bisa digunakan hingga di bawah tanjakan. Setelah itu jalur yang kami lewati adalah jalur yang dilewati saat berangkat dengan kondisi sebaliknya. Kami tiba di rangka saat Maghrib tiba dengan selamat dan sehat. Begitulah perjalanan bersepeda menuju gunung luhur negeri di atas awan


Untuk mendirikan tenda di sini kita akan dikenakan biaya 20.000 per tenda. Atau Anda bisa menyewa tenda di sini langsung. Selain itu terdapat juga penginapan yang disewakan jika tidak ingin menginap di tenda. Atau Anda bisa melakukan perjalanan malam hari dari arah Rangkasbitung sehingga tiba di sini saat menjelang subuh. Anda bisa menikmati keindahan hamparan awan tanpa harus menginap.

Selamat berlibur dan menikmati keindahan negeri di atas awan....


ARTIKEL TERKAIT

0 COMMENTS

LEAVE A COMMENT