Mengingat Kembali Baduy

Dua tahun yang lalu, tepat pada tanggal hari ini, 5 Januari 2020. Saya pertama kali berkunjung ke wilayah masyarakat adat Baduy. Anda bisa melihat foto-foto di Cerita dari baduy. Masyarakat adat Baduy merupakan salah satu kelompok masyarakat suku Sunda yang berdiam di wilayah provinsi Banten, tepatnya di kabupaten Lebak. Wilayah itu masuk dalam administrasi Desa Kanekes, Kec. Leuwidamar, Kab. Lebak dan berada di Lebak bagian tengah. Salah satu kelompok masyarakat yang masih memegang teguh aturan adatnya. Selain itu mereka juga hidup berdampingan dengan lingkungan. Hal ini bisa dilihat dari gaya hidup mereka.

Wilayah Baduy juga dibagi menjadi Baduy luar dan Baduy dalam. Dalam hal penampilan kita bisa dengan mudah membedakan antara Baduy dalam dan luar. Perbedaan yang paling mudah dilihat adalah dari model pakaian, ikat kepala dan alas kaki. Masyarakat Baduy luar menggunakan ikat kepala batik berwarna biru dan hitam sementara Baduy dalam menggunakan ikat kepala berwarna putih dan pakaian tanpa kancing baju. Selain itu, masyarakat Baduy dalam juga tidak menggunakan alas kaki. Mereka akan berjalan kaki kemanapun mereka pergi. 

Kita juga diperkenankan untuk berkunjung ke wilayah Baduy. Atau istilah lainnya adalah Saba budaya Baduy. Kita hanya diperkenankan untuk berkunjung ke tempat yang diperbolehkan saja. Karena ada beberapa tempat yang tidak boleh dikunjungi. Namun tenang saja, untuk wilayah yang boleh dikunjungi lumayan menarik. Kita diperbolehkan untuk mengunjungi pemukiman bahkan diperbolehkan jika ingin menginap. Kita bisa menikmati suasana malam di rumah penduduk dengan menggunakan penerangan lampu minyak. Hal ini dilakukan karena tidak diperbolehkan untuk menggunakan peralatan listrik termasuk lampu. Selain bisa menikmati gelap malam kita bisa mendengarkan suara merdu jangkrik dan kodok yang bersahutan. 


Udara di daerah ingin begitu segar dan bersih. Selain itu airnya juga jernih dan menyegarkan. Masyarakat disini sangat paham bagaimana merawat alam. Termasuk dalam bercocok tanam, mereka sama sekali tidak menggunakan bahan kimia. Sehingga tanah tetap terjaga kesuburannya. Maka jangan heran jika kita bisa menjumpai kunang-kunang pada malam hari. Selain menginap kita bisa menikmati dan mengagumi keindahan jembatan disana.

Ada dua jenis jembatan yang menarik untuk dikunjungi. Yang pertama yaitu jembatan akar, pernah saya tulis pada cerita meniti jembatan akar. Jembatan ini terbuat dari akar tanaman yang dihubungkan dari ujung satu ke ujung sungai yang lain. Pembuatan jembatan ini memakan waktu yang lama karena harus menunggu akar besar dan kuat. Untuk menuju kesana silahkan baca cerita saya yang sebelumnya. Selain jembatan akar ada juga jembatan yang terbuat dari bambu. Jembatan ini tidak kalah menarik dan mempesona seperti jembatan akar.

Jembatan bambu yang akan kita temui saat berkunjung kesana ada beberapa buah. Namun yang paling menarik perhatian orang-orang adalah jembatan yang berbeda di kampung gajebo. Selain merupakan jembatan terakhir yang bisa dikunjungi di wilayah Baduy luar, jembatan ini juga ukuranya yang paling besar dan panjang. Biasanya orang-orang yang berkunjung tanpa menginap akan berjalan menuju jembatan ini sebelum balik lagi. Untuk menuju kesini kita bisa masuk melalui jalur terminal Ciboleger.


Mari jaga dan lestarikan lingkungan supaya bisa dinikmati generasi berikutnya. 

ARTIKEL TERKAIT

0 COMMENTS

LEAVE A COMMENT