Sabtu(5/6)-Bertepatan dengan hari lingkungan hidup sedunia aku berkesempatan untuk mengikuti kegiatan penanaman pohon. Kegiatan ini diselenggarakan oleh Lab Banten Girang bersama kelompok sadar wisata (Pokdarwis) Karangasem. Kegiatan yang bertajuk Tree of Life "Menanam Pohon, Menanam kehidupan" ini diikuti oleh berbagai kalangan dari mahasiswa hingga komunitas pecinta lingkungan. Bertempat di Kafe Sawah yang terletak di Kampung Karang Asem, Desa Pancur, Kecamatan Taktakan, Kota Serang. Lokasi ini berada di lembah dikelilingi oleh bukit yang masih hijau dan rimbun. Suasana pedesaan masih begitu kental dengan hamparan sawah dan udara yang sejuk. Perjalanan dari Rangkasbitung memakan waktu sekitar 2 jam dengan kendaraan pribadi. Letaknya tidak terlalu jauh dari pusat kota, namun semakin mendekati tujuan jalan lumayan sempit sehingga saat ada kendaraan dari arah yang berlawanan harus hati-hati.

Aku berangkat dari Rangkas bersama Kang Ubai, Bada dan Mba Dian. Kami menggunakan mobil milik Bada yang dikemudikan langsung olehnya. Sesampainya di lokasi peserta sudah banyak yang hadir dan kegiatan akan dimulai. Kami bergegas registrasi ulang dan mendapatkan kaos serta papan nama untuk tanaman yang akan Kita tanam. Setelah tempat duduk mulai penuh, kegiatan dimulai yang diawali dengan pertunjukan silat dari pemuda sekitar. Dilanjutkan sambutan-sambutan dari berbagai pihak dan ditutup doa sebelum kegiatan penanaman dimulai.

Peserta bersiap dan berkumpul sesuai kelompok yang sudah dibagi saat registrasi ulang. Peserta dibagi menjadi 2 kelompok yang akan diarahkan menuju dua lokasi yang berbeda yaitu di sekitar lapangan dan makam ki sayar. Kali ini aku masuk kelompok yang menanam di sekitar lapangan. Setiap kelompok memiliki pemandu yang akan mengarahkan ke tempat tujuan. Kelompok Kami berjalan menuju lokasi dan diarahkan melalui pematang sawah. Kondisi tanah yang basah karena diguyur hujan semalam membuat kami harus hati-hati saat berjalan. Beberapa orang ada yang terpeleset karena pijakan kaki yang kurang tepat. Semua berjalan berurutan ke belakang karena pematang yang kecil. Walaupun jarak yang ditempuh tidak terlalu jauh, namun memerlukan waktu yang lumayan lama. Setelah melewati pematang sawah kami akhirnya sampai di lokasi tujuan, yaitu sebuah tanah lapang yang lumayan luas.

Tanah lapang itu cukup luas namun tak seluas lapangan bola. Dilihat dari permukaan tanahnya yang bertingkat, tempat ini sepertinya bekas sawah yang sudah dialih fungsikan menjadi lapangan. Di salah satu sisi lapangan terdapat pohon mangga besar yang kemungkinan usianya sudah tua. Di setiap sisi lapangan sudah tersedia lubang dan bibit tanaman yang siap ditanam. ada berbagai macam bibit pohon yang disediakan diantaranya mangga, trembesi, ketapang, sukun dan beberapa jenis tanaman lain. Panitia memberikan pengarahan mengenai tata cara penanaman pohon. Peserta diminta mendekat ke lubang tanah yang sudah ditentukan sesuai nomor urut yang dimiliki. Setelah diberi aba-aba peserta bisa mulai memasukan bibit tanaman ke lubang yang ada.

Wajah semangat dan gembira terpancar dari wajah para peserta penanaman pohon. Mereka saling bantu dengan rekan di samping kiri dan kanan. Tangan yang kotor terkena tanah dan keringat yang mengucur karena terik matahari tak mengurangi semangat mereka. Nampak Kang Ubai begitu bersemangat dengan pohon sukunnya yang dia tanam di sudut lapangan itu. Satu per satu tanaman sudah masuk ke lubang masing-masing. Tersisa beberapa lubang tanpa tuan yang masih menunggu untuk ditanami. Dengan semangat Kang Ubai mulai berpindah ke lubang yang masih kosong.

Tak mau kalah dengan Kang Ubai, Bada dan Mba Dian ikut mendekat untuk membantu menyelesaikan lubang yang masih kosong. Nampak dari kejauhan Mba Nanda juga mendekat sembari membawa gayung untuk menguras lubang yang terisi air hujan. Mereka berempat begitu menikmati saat memasukan bibit ke setiap lubang yang tersisa, sementara aku kebagian untuk dokumentasi.Setelah semua bibit masuk lubang, Kami bergabung dengan peserta yang sudah beristirahat di bawah pohon mangga. Semua wajah terlihat bahagia walaupun ada sedikit lelah terpancar.

Waktu menunjukan pukul 12:00 para peserta diarahkan untuk kembali ke kafe tepi sawah. Perjalanan pulang masih sama yaitu melewati pematang sawah. Aku memutuskan untuk memilih jalur sendiri berharap bisa berjumpa dengan Kuntul(bangau) untuk diabadikan. Namun keberuntungan sedang tidak berpihak, saat sudah mulai mendekat mereka terbang menjauh. Sesampainya di Kafe Tepi Sawah kami mendapatkan makan siang dan kegiatan dilanjutkan dengan pertunjukan musik dan diskusi.
Beberapa hewan kecil yang menjadi indikator lingkungan yaitu kebersihan air yang tertangkap kamera

