Bersepeda merupakan salah satu olahraga yang mengasyikkan. Selain menjaga kebugaran dan kesehatan, bersepeda juga menambah teman. Salah satu caranya yaitu mengikuti event sepeda. Bagi teman-teman di wilayah Semarang mungkin sudah tidak asing dengan bjos pit & toys ataupun temanbike. Yap, mereka adalah salah dua toko dan bengkel sepeda yang sering berkolaborasi mengadakan event sepedaan, baik dalam kota maupun ke luar kota. Mengawali bulan Desember 2022, tepatnya di akhir pekan pertama yaitu 3-4 Desember 2022 mereka berkolaborasi mengadakan event sepedaan. Kali ini bjos pit & toys bersama temanbike menghelat acara sepedaan bareng bertema "We The Village (WTV)". Bertemakan perjalanan ke desa, destinasi kali ini yaitu Pasar Papringan yang berlokasi di dusun ngadiprono, Desa Ngadimulyo, Kecamatan Kedu, Kab. Temanggung, Jawa Tengah.
Berbeda dengan event lain yang sudah sering diselenggarakan, kali ini merupakan episode pertama. Kegiatan ini diikuti oleh 13 orang dengan 10 sepeda (3 orang lagi bagian dokumentasi dan evakuasi). Hari itu kami berkumpul di bjos pit & toys untuk persiapan pemberangkatan. Pagi itu cuaca sedikit mendung tetapi tidak hujan. Satu persatu peserta mulai berdatangan. Sembari bertegur sapa kami menikmati tahu bacem dan arem-arem. Peserta yang ikut kali ini sebagian sudah saya kenal dari kegiatan sebelumnya. Setelah semua datang, kami berfoto dan siap memulai perjalanan hari itu. Namun tanpa disangka ternyata pakde Munir, salah satu peserta yang akan ikut baru tersadar kalau handphonenya tidak ada. Setelah coba ditelepon dan tidak terdengar akhirnya beliau memutuskan untuk mengecek di rumah anaknya.
Setelah ditunggu agak lama dan belum muncul juga, akhirnya yang sudah ada bergerak terlebih dahulu. Perjalanan dimulai dari sekitar pukul 06.45 WIB menuju arah Ungaran. Jalanan lumayan lenggang dengan keramaian menjelang persimpangan ataupun lampu merah. Jalan lumayan menanjak dengan bonus beberapa turunan saja. Rute menuju temanggung yang dipilih kali ini tidak lewat Bawean karena terlalu memutar. Alternatif rute yang dipilih yaitu lewat Bandungan. Untuk menuju kesana saat di atas tanjakan SPBU lemah abang kita harus putar balik dan ambil kiri ke arah Bandungan. Mulai dari sini jalanan akan menanjak sampai di alun-alun Bandungan.
Jalanan yang penuh tanjakan membuat rombongan mulai terpecah. Aku memutuskan untuk berjalan terus walaupun pelan-pelan. Tanjakan yang cukup curam dan panjang lumayan menguras tenaga. Setelah melewati beberapa tanjakan aku memutuskan untuk istirahat sejenak. Menyempatkan minum dan makan beberapa jajan sebelum melanjutkan perjalanan. Setelah melalui berbagai tanjakan akhirnya terlihat juga tulisan besar Bandungan. Aku sampai dan menyempatkan memutari alun-alun sekali sebelum istirahat. Sembari menunggu yang lain tiba, aku mengisi perut dengan bakso malang. Satu persatu peserta sampai, dan setelah semua datang kami berfoto bersama. Setelah itu mencari warung makan untuk mengisi perut sebelum melanjutkan perjalanan ke arah Sumowono.
Warung yang dipilih tak jauh dari alun-alun. Masing-masing memesan makanan sesuai selera. Setelah selesai kami melanjutkan perjalanan, namun om Hengki putar balik arah Semarang karena ada keperluan dan tidak melanjutkan arah temanggung. Arah yang kami tuju melewati pintu masuk ke gedong songo, jalanan mulai banyak menanjak. Hari ini begitu beruntung, awan terus menutupi matahari, cuacanya yang sangat disukai pesepeda. Jalanan terus menanjak sampai pasar Sumowono dan akhirnya dapat bonus turunan. Di turunan ini, kami melewati alun-alun Sumowono dan menyempatkan berfoto sebelum bonus turunan berakhir. Setelah dari sini kami dihadapkan lagi dengan tanjakan curam dan panjang.
Rombongan semakin tercerai berai, karena tanjakan tiada akhir. Penderitaan mulai akan berakhir saat menara pemancar sinyal di puncak mulai terlihat. Menara ini merupakan titik tertinggi daerah kemitir. Sebelum sampai puncak, di sebelah kanan jalan terdapat tempat wisata yaitu Sukorini foggy village. Tak jauh dari puncak kami turun sedikit dan berisitirahat di masjid sebelum menghadapi turunan curam. Turunan ini panjangnya sekitar 5 km hingga ke pasar Kaloran. Bagi aku menghadapi turunan lebih menegangkan daripada tanjakan. Selain jalan yang berkelok, menggunakan sepeda kecil juga harus fokus karena guncangannya lebih kuat dibanding sepeda besar. Belum lagi udara saat itu terasa dingin.
Setelah momen menegangkan terlewati akhirnya kami sampai di daerah Kaloran. Perjalanan menuju pasar Papringan masih lumayan jauh sekitar 15 km lagi. Setelah berjalan sekitar 5 km kami memutuskan untuk beristirahat kembali di pasar tepusen sembari mengisi perut. Ada yang memilih untuk makan mie ayam dan ada yang nasi Padang. Setelah tenaga terisi kami melanjutkan perjalanan yang tinggal 10 km lagi. Walaupun lumayan dekat tetapi jalannya naik turun dengan badan yang mulai capek.
Setelah melewati jalan besar, kami belok kiri menuju jalan desa. Jalannya mulai menurun hingga ada turunan curam, tetapi setelah itu ada jackpot tanjakan yang curam juga. Selain curam tanjakan ini juga dimulai setelah jembatan yang jalannya rusak sehingga memaksa beberapa orang untuk memilih turun. Tak jauh dari sana kita akan menjumpai kantor desa Ngadimulyo disebelah kanan jalan. Di depan kantor ada jalan masuk ke kiri, itu merupakan jalan menuju dusun ngadiprono.
Jalan masuk masih berupa batu ditata yang ditambah cor di bagian tengah. Jika sedang cerah, akan nampak gunung Sindoro di sebelah kanan jalan. Jarak dari jalan besar ke lokasi sekitar 1,5 km dengan kanan dan kiri berupa ladang penduduk sekitar. Sesampainya disana kami menuju Papringan dan foto bersama, sembari menunggu pengelola homestay datang. Selamat datang di Pasar Papringan..... Sampai jumpa......