Langit pagi ini begitu cerah, secerah hatiku yang bahagia. Ditemani sepeda baru, aku bersiap menuju Jakarta. Ku kayuh sepeda menuju stasiun Rangkasbitung, sekitar 7 km dari kos. Menyempatkan diri untuk sarapan pagi di warung langganan. Kusantap dengan lahap dan segera kuselesaikan, supaya bisa sampai stasiun tepat waktu. Sebenarnya setiap setengah jam sekali ada KRL menuju Jakarta, tapi aku bergegas karena akan tes rapid terlebih dahulu di stasiun Gambir.Berhubung berita akhir-akhir ini mengabarkan kalau antrean panjang terjadi, makanya secepat mungkin harus segera sampai. Sesampai di stasiun, kurapikan sepeda kemudian naik KRL. Hanya menunggu beberapa menit saja, kereta langsung melaju tepat 07.30 WIB. Sengaja aku naik di gerbong 9, dimana ujung gerbong tidak ada Kursi, sepeda bisa ditaruh dan tidak mengganggu penumpang lain. Kondisi kereta tidak terlalu ramai walaupun hari libur, tidak seperti sebelum Corona melanda. Biasanya kereta penuh sesak dengan penumpang, bahkan kita bisa berdiri selama perjalanan. Kalau sekarang kita bisa duduk Sampai ke tujuan. Sesampainya di stasiun Gambir, aku langsung daftar rapid tes. Berhubung sedang sepi, setelah dapat nomor antrean dan membayar administrasi langsung dites.
Sembari menunggu hasil, aku menghubungi salah seorang teman untuk mengabarkan kalau sudah siap dijemput. Sebelumnya kami sudah membuat janji untuk ketemu di Jakarta, kami berencana mengunjungi beberapa tempat salah satunya Kota Tua. Nasib sedang tidak berpihak, setelah mencari informasi ternyata tanggal 24 & 25 Desember kawasan Kota Tua ditutup untuk wisata. Tak perlu diambil pusing karena masih banyak tempat yang belum pernah aku kunjungi di Jakarta. Setelah 30 menit menunggu, hasil rapidnya alhamdulillah negatif. beberpa menit kemudian temanku juga datang dan saya sudah bersiap di halte dekat pintu keluar stasiun. Kulipat sepeda supaya bisa dimasukan ke mobil, kemudian mobil mulai melaju. Karena tujuan awal sepertinya tidak bisa dikunjungi akhirnya kami berdiskusi lagi untuk memilih tempat yang bisa dikunjungi. Terpilihlah Lapangan Banteng, mobil melaju ke arah sawah besar kemudian mencari tempat parkir.

Saat sampai yang pertama akan terlihat bahkan dari kejauhan adalah patung orang yang sedang mengangkat tangan setelah berhasil memutus rantai yang mengikat. Patung ini juga sebagai monumen pembebasan Irian Barat, dengan ketinggian sekitar 35 meter makanya bisa terlihat dari kejauhan. Di kondisi saat ini akses masuk ke lapangan banteng hanya melalui satu pintu dan dilakukan pengecekan suhu tubuh saat akan memasuki area lapangan. Area sekitar monumen ini terdapat banyak pohon sehingga udaranya lumayan sejuk dan teduh. Di area bangunan bawah patung terdapat kalimat dari berbagai tokoh perjuangan yang diukir di tembok baik di masa sebelum kemerdekaan maupun setelah kemerdekaan. Dengan cuaca Jakarta yang panas, berkunjung ke lapangan banteng di siang hari tidak begitu nyaman.
Adzan dzuhur berkumandang dan setelah merasa cukup dan sudah tidak ada sudut yang bisa dikunjungi kami memutuskan untuk melanjutkan perjalanan. Tujuan selanjutnya masih dirundingkan, sembari mobil berjalan diskusi berlanjut dan diputuskan menuju pasar baru. Tempat itu dipilih untuk dikunjungi sekalian mencari makan siang. kisah selanjutnya akan saya tulis di postingan lainnya. Selamat menunggu