Dalam cerita sejarah Bangsa Indonesia pasti kita tidak asing dengan cerita kerja paksa atau rodi. Diceritakan bahwa kerja paksa ini dilakukan dalam rangka pembangunan jalan guna memperlancar mobilisasi pasukan Belanda di Indonesia. Para pekerja diminta untuk membuat jalan dari anyer hingga panarukan. Saat ini kita lebih mengenalnya dengan istilah jalan pantura. Dinamakan demikian karena letak jalan ini sebagian besar berada dekat dengan pesisir utara laut jawa. Jalan ini menghubungan antara ujung barat pulau jawa hingga ujung timur pulau jawa. Walaupun saat ini banyak muncul tulisan mengenai cerita lain dari pembangunan jalan pantura, pada intinya ada banyak sekali pengorbanan dalam pembuatan jalan ini. Perlu kita ketahui bersama bahwa Anyer merupakan salah satu daerah yang masuk ke dalam wilayah Kabupaten Serang, Provinsi Banten. Sedangkan Panarukan masuk ke wilayah Kabupaten Banyuwangi, Provinsi Jawa Timur.
Kali ini aku akan menceritakan mengenai Anyer yang merupakan titik nol kilometer jalan anyer-panarukan. Letak titik ini lebih tepatnya berada di daerah desa cikoneng, Kecamatan Anyar namun orang-orang lebih sering menyebutnya anyer. daerah ini berada di wilayah bagian barat kabuoaten serang. Untuk mencapai tempat itu yang aku tau hanya ada satu pilihan transportasi umum yaitu angkot yang bisa mengantarkan sampai depan lokasi. Kali ini aku menceritakan perjalanan dari rangkasbitung. Dari rangkasbitung tersedia dua pilihan yaitu menggunakan transportasi umum dan juga transportasi pribadi.
Jika menggunakan transportasi umum akan lebih nyaman jika kita menggunakan kereta api sebelum dilanjutkan menggunakan angkot. Dari rangkasbitung kita bisa menggunakan kereta dari stasiun rangkasbitung dan turun di stasiun krenceng, kota cilegon. Untuk jadwal kereta kita bisa melihat di situs kereta api, kemudian dilanjutkan dengan angkot menuju daerah anyer. Jika menggunakan transportasi pribadi ada beberapa pilihan jalur diantaranya Labuan, Mandalawangi, Padarincang, Mancak, dan Cilegon. Jarak yang harus ditempuh sekitar 90-100 KM.
Saat kita tiba di daerah anyer akan sangat mudah untuk menemukan lokasi titik no kilometer. Dari kejauhan akan tampak sebuah menara yang menjulang tinggi berwarna putih. Menara itu adalah sebuah mercusuar yang lokasinya bersebelahan dengan monumen titik nol kilometer. Apabila ingin bertanya dengan warga sekitar maka yang kita tanyakan adalah lokasi mercusuar cikoneng. Lokasi ini berada di bawah pengawasan direktorat jenderal perhubungan laut dan masih difungsikan sebagai penanda bagi kapal-kapal yang melintas di laut banten.
Pondasi yang diyakini sebagai awal pembanguan jalan anyer-panarukan
Mercusuar yang ada sekarang termasuk bangunan baru. Bangunan lama mercusuar sudah hancur terkena letusan gunung kratatau pada tahun 1883. Pada saat itu hanya tersisa pondasi yang diyakini sebagai pondasi dari menasa suar yang lama. Bekas pondasi ini yang diyakini sebagai titik awal pembangunan. jalan anyer-panarukan Saat ini pondasi yang diyakini sebagai bekas menara yang lama masih ada dan dibuatkan prasasti yang menjelaskan tentang bangunan tersebut. Disebelahnya juga dibangun monumen bertulisakan "TTITIK NOL KM".
Tempat ini akan ramai dikunjungi wisatawan saat akhir pekan dan hari libur. Selain untuk mengunjungi titik nol kilometer ataupun menara suar, kita bisa menikmati semilir angin pantai. Dari sini juga kita bisa menyaksikan keindahan matahari tenggelam jika cuaca sedang bagus. Pastikan memilih waktu yang tepat saat berkunjung kesana supaya bisa mendapatkan momen yang istimewa. Semoga suatu saat bisa menjelajahi sepanjang jalur anyer hingga panarukan.
#menyusurisudutnegeri #28haribercerita