Mudik Lebaran 2024

Pengalaman pertama menggunakan moda bus di musim lebaran. Dikarenakan kehabisan tiket kereta api dan setelah berbagai pertimbangan akhirnya memilih bus DAMRI dari pool Kemayoran, Jakarta Pusat. Dengan harga 280K menuju pemberhentian akhir Terminal Wonosobo. Aku memulai perjalanan dari Rangkasbitung menggunakan KRL hingga ke stasiun Kemayoran. Dilanjutkan dengan berjalan kaki sejauh sekitar 1 Km menuju pool DAMRI Kemayoran. Tersedia trotoar disepanjang jalan, namun banyak rintangan yang menghadang(lubang, dipakai jualan, dipakai parkir,dll). 



Setelah menunggu sekitar 45 menit akhirnya bus siap dinaiki. Dari tampilan yang terlihat, nampaknya bus yang akan digunakan merupakan armada bantuan. Benar saja saat aku hampiri, bus ini tidak memiliki tempat bagasi. Belum lagi saat masuk ternyata tidak ada nomor pada kursi yang akan dipakai karena merupakan bus trans Jabodetabek. Akhirnya bagasi penumpang ditaruh kursi bagian belakang karena kebetulan kursi lebih banyak dari jumlah penumpang.



Pukul 17.11 bus mulai berangkat, melewati jadwal seharusnya yaitu 17.00. Bus melaju dan kemudian masuk ke jalan tol. Cuaca saat itu sudah mulai mendung dan tak lama kemudian hujan. Bus terus melaju, beberapa bagian ada yang bocor sehingga air masuk. Hingga akhirnya bertemu hujan yang begitu lebat, air yang masuk semakin banyak sehingga sebagian lantai bus basah(bisa disebut banjir ga ya ?). Beruntung hujan tidak terjadi sepanjang jalan sehingga kekacauan tidak semakin parah.

Malam itu arus lalu lintas di jalan tol dibuat satu arah. Setelah memasuki daerah sekitar Cirebon, bus melaju di jalur sebelah kanan. Masuk di daerah Bresbes, tiba-tiba bus menepi di bahu jalan sebelah kanan kemudian terdengar percakapan di telepon. Nampaknya supir bus yang aku tumpangi bukan pengemudi di jalur ini karena dia sempat menanyakan harus keluar lewat pintu tol apa. Akhirnya bus kembali melaju dan keluar di pintu tol pejagan sekitar pukul 22.00. Tidak ada hambatan yang terjadi karena saat itu masih berlaku satu jalur sehingga bisa dengan mudah keluar tol.

Bus melaju di jalan raya melalui jalur bus pada umumnya. Sebelum masuk ke daerah Songgom, bus dialihkan menuju ke Slawi karena ada penumpukan. Bus melaju seperti biasa, di depan juga terlihat ada bus lain yang ikut dialihkan jalurnya. Sesampainya di Slawi, bus mengarah ke alun-alun Slawi kemudian mengambil rah ke kiri. Tidak lama setelah itu bus tiba-tiba berhenti, ternyata jalan di depan ditutup. Menurut penuturan supir bus, saat dia membawa rombongan karya wisata dia bisa lewat jalan ini. Akhirnya bus harus memutar balik dan kembali menuju arah alun-alun dan ke jalan raya.

Tragedi kesasar itu membuat beberapa penumpang berinisiatif untuk membantu supir dalam memilih jalan. Bus terus melaju dan tiba di jalan Slawi-Brebes kemudian memutuskan untuk istirahat di SPBU Tanjung dikarenakan belum sempat berhenti setelah keluar dari tol. Para penumpang keluar menuju kamar mandi, beberapa penumpang membeli makanan termasuk aku. Aku sempat membeli siomay dan sebotol air karena saat buka puasa hanya makan biskuit. Setelah semua penumpang masuk, bus kembali melaju menuju Brebes.



Memasuki daerah Linggapura, arus lalu lintas semakin padat dan mulai tersendat. Bus melaju pelan dan lebih sering berhenti. Kondisi ini terus berlangsung hingga daerah Bumiayu sampai Kaligua, bahkan pukul 03.35 bus baru keluar dari lingkar luar Bumiayu. Harapan untuk sampai sesuai jadwal akhirnya sirna karena baru sampai di Bumiayu. Sisa-sisa perjalanan kuhabiskan dengan bermain HP, tidur, terbangun begitu terus karena tidak bisa bergeser kemana-mana. Beberapa penumpang mulai meninggalkan bus sesuai tujuan masing-masing.

Hari mulai terang saat bus memasuki wilayah Banyumas. Bus terus melaju dengan sesekali berhenti menurunkan penumpang. Bus terus melaju menuju Purwokerto dan tidak masuk terminal karena tidak ada penumpang yang akan turun. Pukul 06.30 akhirnya bus sampai di daerahku dan aku pun turun di Terminal Kecamatan. AKu pun duduk di kursi tunggu penumpang di terminal untuk menunggu kakaku menjemput. Aku memutuskan dijemput supaya lebih cepat sampai rumah. Dibandingkan harus menunggu angkutan menuju desa yang kini tersisa sedikit dan harus ngetem untuk mencari penumpang. Akhirnya aku sampai di rumah kurang dari pukul 07.00. Begitulah cerita perjalan mudikku tahun 2024. Sampai jumpa di perjalanan lainnya...



ARTIKEL TERKAIT

0 COMMENTS

LEAVE A COMMENT